Selasa, 25 Maret 2008

Banjarmasin Kota Seribu Sungai?

Kota Banjarmasin terkenal dengan julukan kota seribu sungai, Ditinajau dari sejarahnya julukan ini diberikan negara Belanda karena memang di Banjarmasin terdapat banyak sungai dan anak sungai yang mengalir memanjang sampai ke laut melalui sungai Barito, bahkan sungai-sungai itu mempunyai cabang sampai ke daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Namun sekarang julukan itu rasanya mulai tidak pantas untuk disematkan kepada Banjarmasin, mengingat sungai-sungai yang dulunya panjang dan banyak seakan hilang digantikan oleh bangunan-bangunan besar yang megah diatasnya selain itu sungai-sungainyapun tertimbun tumpukan sampah sehingga tidak layak untuk disebut sebagai sungai. Apakah kota kita ini melupakan sejarahnya sendiri? Atau mungkin orang-orang yang memeliharanya yang lupa akan sejarah kota ini?

Mungkin pertanyaan kedualah yang masuk akal mengingat hal itu terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, hal ini dapat dilihat dengan makin menyempitnya sungai yang dulunya terdapat aliran sungai yang luas dan dalam yang biasanya digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, mandi dan sebagainya, tetapi sekarang sangat ironis, jangankan untuk mandi dan mencuci pakaian, untuk mengambil air saja sudah tidak bisa dikarenakan aliran sungai tersebut terhambat dan penuh dengan sampah.

Masyarakat sekarang ini seakan mempunyai kebiasaan baru yaitu membuang sampah di sungai dan membangun bangunan diatas sungai yang sebenarnya dapat mengganggu aliran sungai, tetapi hal ini tidak dapat diminamlisir mengingat masyarakat sangat terlambat untuk menyadari dampak buruk dari perbuatan mereka tersebut, padahal sebagai manusia mereka telah diberikan otak untuk berpikir, namun sayangnya otak tersebut tidak mereka pergunakan dengan baik untuk memikirkan hal-hal yang baik. Selain itu dampak globalisasi memang sangat terasa disini, sebab banyak pabrik yang menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan limbah industri mereka dan banyak dibangun bangunan-bangunan yang digunakan sebagai ruko atau tempat berjualan diatas sungai tersebut sehingga sungai tersebut menjadi tersumbat aliran airnya.

Pada tahun 70 – 80 an sungai-sungai di Banjarmasin sangat luas dan dalam serta mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sungai di sepanjang jalan Ahmad Yani dulunya merupakan jalur transportasi utama di Banjarmasin, sebab sungai tersebut memanjang sampai Martapura dan mempunyai cabang-cabang yang banyak yang dapat dilalui oleh jukung sehingga banyak masyarakat menggunakannya sebagai jalur transportasi untuk bepergian ke kota mengingat dulunya masyarakat Banjar kebanyakan tinggal di pinggir sungai.

Jika pemerintah daerah berkaca pada sejarah kota Banjar tempo dulu dimana masyarakat pada waktu itu lebih memilih jalur transportasi melalui sungai ketimbang melalui darat, mungkin sekarang mereka dapat mencari jalan keluar tentang masalah kemacetan yang sekarang sudah menjadi rutinitas setiap hari dengan membuat jalur transportasi air. Mungkin kota Banjarmasin menjadi kota pertama yang dapat menerapkan jalur air sebagai jalur transportasi dalam kota ketimbang kota Jakarta yang notabene sungainya tidak sebanyak di Banjarmasin.

Namun sangat sangsi untuk membuat jalur transportasi tersebut pada masa sekarang mengingat Banjarmasin sudah kehilangan sungai-sungai yang dulunya dapat dilalui oleh kapal atau jukung, kita sudah melupakan kebudayaan kita tempo dulu dan akibatnya sungai-sungai sekarang penuh dengan sampah dan diatasnya berdiri bangunan megah yang akhirnya mempersempit aliran sungai tersebut. Karena itu kita perlu benar-benar mempelajari sejarah daerah kita khususnya sejarah sungai-sungai yang ada di Banjarmasin yang dulunya merupakan urat nadi masyarakat Banjar tempo dulu. Melalui sejarah kita dapat berkaca pada masa yang telah lalu untuk dijadikan jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Tidak ada komentar: